Blogger Widgets

Kamis, 08 Oktober 2015

Cerpen

Rencana Tuhan Itu Indah


Share

Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 4 October 2015

Aku Ochy mempunyai teman bernama Bayu, kami berteman baik. Berawal dari hari Natal 2012 pertama kali kami bertemu ketika ia dan temannya berkunjung di rumahku, kami berbincang-bincang cukup lama. Hari berikutnya aku juga berkunjung di rumahnya hujan begitu deras dan pakaian yang ku kenakan basah kuyup untungnya Mamanya Bayu baik hingga aku dipinjamkan sehelai handuk. Di situlah kami mulai terasa akrab hingga malam-malam berikutnya ia sering membawaku jalan-jalan di luar maupun berkunjung di rumah teman-temannya.
Setelah beberapa minggu kenal ia dengan beraninya mengungkapkan perasaanya kepadaku walaupun aku merasa nyaman berada di sampingnya tetap saja aku berusaha menghindar darinya karena aku tidak mau merubah pertemanan menjadi sebuah hubungan lebih yang sewaktu-waktu dapat dipisahkan. Lama setelah itu kami kehilangan komunikasi, mungkin karena kesibukan masing-masing atau lainnya. Saat ini aku melanjutkan pendidikan di sebuah perguruan tinggi di Pontianak dan saat ini sedang libur Natal aku kembali ke Ngabang kota asalku, tanpa sengaja aku melihat Bayu melintas di depan rumahku dan entah kenapa ia tiba-tiba singgah di depan rumahku. Saat itu banyak hal yang ingin ku ketahui tentang dia.
“kamu ke mana saja?” tanyaku.
“aku di Pontianak baru datang kemarin” sahutnya.
“iyakah, aku juga kuliah di sana. Kamu kuliah di mana?” lanjutku dengan tertawa ia menjawab.
“Aku nggak kuliah, aku kerja di bengkel”
“aku nggak percaya, kalau kerja kenapa sekarang ada di sini?” tanyaku tidak yakin.
“Aku cuti. hahaaa..” jawabnya.
Aku begitu tidak yakin dengan jawabannya, dan dengan berulang kali aku menanyakan di mana ia kuliah.
“iya, aku juga kuliah di Pontianak” ia menjawab sambil tersenyum, “Ibadah di mana?” lanjutnya.
“Di Gereja GBI, hanya saja jarang datang” jawabku.
“wah aku juga di situ, kok nggak pernah ketemu ya? ya sudah nanti kalau di Pontianak aku nggak mau tahu kamu harus rajin ibadah, aku yang jemput!” katanya dengan nada memaksa tapi sambil tersenyum.
Spontan aku menjawab, “kamu hubungi aku ya kalau udah di sana!”
“nomor hp kamu saja aku tidak punya” jawabnya.
“sini nomor hp-mu aku catat” pintaku, dan ia pun memberikannya, setelah lama berbincang-bincang ia pun pamit pulang.
Malam harinya tepat malam valentine hujan turun dengan derasnya padahal malam itu malam yang ditunggu-tunggu oleh semua orang khususnya buat yang punya pasangan. Dan aku, karena tidak punya pasangan merasa senang karena hujan turun di saat yang tepat. Aku mengirimi pesan singkat kepada Bayu.
“Bagus deh hujan biar orang-orang nggak bisa keluar”
“betul tuh, aku setuju” balasnya yang ternyata juga tidak punya pasangan.
Tidak lama kemudian hujan reda, ia mengirimi pesan singkat kepadaku.
“kamu nggak ke luar, hujan udah reda nih?”
“nggak ada kawan, semua sibuk sama pasangannya” jawabku.
“kalau gitu kamu ke luar bareng aku aja.” ia menawarkan dirinya dan aku pun menyetujuinya.
Malam itu aku begitu merasa nyaman berada di sampingnya, hingga sempat timbul di pikiranku.
“kenapa aku dulu menolaknya?”
Saat itu ia mengajakku berkeliling di daerah Ngabang. Tak lama kemudian temanku menghubungiku dan mereka mengajakku untuk ngumpul bareng, dengan berat hati aku harus berbohong sama Bayu.
“Bayu kita pulang yuk, udah malam.” pintaku.
“yakin mau pulang?” tanyanya lemah, “kita ke rumah aku saja,” lanjutnya.
“antar aku pulang aja ya, malam besok aku janji pergi ke rumah kamu deh aku juga mau ketemu adik-adikmu,” pintaku.
“iya deh” jawabnya dengan nada sedih.
Bayu pun mengantarkanku pulang, dan ketika ia pulang temanku pun datang menjemputku dan kami pergi untuk ngumpul-ngumpul dengan yang lainnya. Tidak lama kemudian Bayu memgirimi pesan singkat kepadaku.
“kamu lagi ngapain?”
“aku lagi nonton” jawabku.
“oh, semoga saja benar. Tuhan nggak bisa dibohongi” balasnya.
Dengan rasa tidak enak aku jujur sama dia.
“Bayu maaf ya, sebenarnya aku ke luar lagi, tapi aku janji besok aku ke rumah kamu.”
“iya, nggak apa. Jangan diulangi lagi dan ingat jangan pulang larut malam.” balasnya.
Keesokan harinya aku benar-benar menghabiskan waktuku bersamanya, perasaanku begitu tenang saat berada di sisinya, di sana aku bermain dengan adik-adiknya, mereka menyambutku dengan baik. Setelah pulang dari rumahnya, aku menerima pesan singkat darinya lagi.
“Aku jadi ingat dulu kamu pernah nolak aku,” katanya.
“kenapa tiba-tiba ngomongin itu?” tanyaku.
“aku hanya trauma” katanya.
Aku pun mulai merasakan kalau sebenarnya ada sesuatu yang dipendamnya.
“apa kamu masih memiliki perasaan itu?” tanyaku.
“Iya dari dulu aku sayang kamu walaupun perasaan itu sempat hilang karena kita lama nggak bekomunikasi tapi sekarang rasa itu tumbuh lagi. Tapi sudahlah jangan dibahas” jawabnya.
“sebenarnya aku juga punya perasaan yang sama.” aku berusaha mengakui perasaanku.
“benarkah?” tanyanya, “kamu mau nggak temani aku melewati hari-hariku dan mendengarkan semua keluh kesahku?” pinta Bayu.
Dengan tersenyum aku membalas pesan singkatnya, “ya, aku mau.”
“jadi mulai malam ini kita jadian? aku janji akan menjaga semuanya termasuk perasaan ini.” jelasnya meyakinkanku.
“ya, kamu adalah kado spesial di malam valentine ini” kataku dengan bahagia.
Setelah itu, hari Minggu pun tiba, itu hari pertamaku ibadah bersama Bayu. Bahagia rasanya berada di gereja bersama pacar. Sepulang ibadah kami menghabiskan waktu berdua. Hari berikutnya aku balik ke Pontianak. Kami berpisah beberapa hari karena Bayu tidak pulang bersamaku. Kami masih tetap berkomunikasi via telpon dan sms. Tidak terasa hari berikutnya Bayu menyusul ke Pontianak karena libur Natal telah berakhir. Hari minggu kami juga masih ibadah bersama-sama, sepulang ibadah aku mengikutinya Bayu ke rumahnya, tanpa sengaja aku mengecek foto-foto di laptopnya dan sangat menyakiti hati ketika aku melihat sebuah foto.
“Apa-apaan ini, kenapa fotoku disamain dengan foto mantanmu?” tanyaku sedih.
“Nggak, itu udah lama banget lupa aku hapus. Maaf ya?” rayunya.
Namun aku tak dapat bicara banyak, “aku ingin pulang, tolong antarin aku pulang.”
Bayu berusaha mencegah hanya saja aku memaksa untuk tetap pulang. Sesampai di rumah aku tidak ingin bicara apapun sampai Bayu pulang. Ia mengirimi pesan singkat kepadaku.
“Sayang maaf ya, aku sayang sama kamu.”
“Nggak apa-apa, mungkin aku yang salah datang di saat yang tidak tepat..” balasku. Ketika itu juga Bayu menelponku dan aku langsung mematikannya karena kecewa yang aku rasakan.
“Angkat, aku mau ngomong” ia mengirimi pesan singkat.
Bayu kembali menelpon, “Kamu kenapa ngomong gitu, aku minta maaf. Nanti tunggu aku, aku mau ke rumah kamu.”
“Iya.” jawabku.
Tak lama kemudian Bayu datang dan menjelaskan semuanya, aku tertarik dengan keseriusannya. Bayu rela balik lagi hanya untuk minta maaf, dan saat itu aku yakin dia menyayangiku. Hari berikutnya aku masih saja sering dibuat kesal sampai-sampai kata-kata putus sering ku lontarkan hanya saja Bayu tetap menanggapi semua dengan dewasa, nasihat-nasihatnya meluluhkan amarahku. Satu bulan telah berlalu, aku semakin sayang sama Bayu walaupun aku sering menangis karena ia terkadang cuek denganku.
Bayu selalu bilang, “percaya sama aku, jangan suka berpikir macam-macam.”
Namun foto yang pernah aku lihat itu terus menggangu pikiranku hingga aku memberanikan diri untuk menanyakan tentang foto tersebut. Bayu pun bercerita bahwa gadis itu adalah mantan yang disayanginya. Keesokan harinya aku sedih dan menangis karena Bayu begitu menyayangi gadis itu.
“pantesan saja selama ini dia cuekin aku” kataku bergumam dalam hati.
Pagi-pagi aku melampiaskan isi hatiku melalui status facebookku.
“Bagaimana mungkin aku mampu bertahan jika hati dan pikiranmu masih bersamanya.” Dan hari itu juga tiba-tiba Bayu tidak ada kabar sama sekali, nomornya tidak aktif, akun Facebooknya pun jarang dibuka. Selama dua hari Bayu menghilang benar-benar menghilang tanpa alasan. Setiap hari aku hanya bisa menangis dan menangis karena takut Bayu benar-benar pergi. Tak tahan menahan rasa sakit itu aku tidak mau melakukan apa-apa bahkan aku tidak mau berbicara apapun dengan orang sekelilingku, makan pun tidak, hanya bisa menangis. Setelah lewat dua hari tiba-tiba hp aku berdering ternyata Bayu menelponku.
“Sayang aku minta maaf, dua hari aku tidak mengabarimu?”
“Kamu kenapa? kamu nggak tahu dua hari aku khawatirin kamu sementara kamu sengaja nggak aktifkan hp!” aku menangis.
“Aku minta maaf, kemarin aku belajar menjauhimu hanya saja aku nggak bisa, aku sayang kamu, jangan nangis lagi.” kata Bayu.
Setelah kejadian itu aku semakin menyayangi Bayu, aku takut dia pergi lagi tapi Bayu justru semakin berubah. Status hubungan di Facebook Bayu sembunyikan, kiriman-kiriman aku di dinding Facebooknya juga disembunyikan.
“Kenapa status hubungan kita disembunyikan?” aku mengirimi pesan singkat.
“Kenapa status hubungan kita disembunyikan?” aku mengirim di inbox fb tapi semuanya tidak dibalas.
Malam berikutnya aku mengajak Bayu ke luar di alun-alun kota pertanyaan yang sama terus aku lontarkan tetap saja aku tidak mendapatkan jawabannya hingga aku putuskan untuk melupakan semuanya. Malam itu aku tidak mau melewatkan semuanya hanya untuk bertengkar, di sana kami bersenang-senang rasanya aku baru jatuh cinta lagi padanya lagi. Malam selanjutnya Bayu mengirimi pesan singkat.
“Sayang aku mau ke rumahmu, kangen kamu” katanya.
“Iya, pergi saja” jawabku. Tak lama kemudian Bayu datang.
“tiba-tiba aku kangen kamu” ucap Bayu. Aku begitu bahagia mendengarkannya kata-katanya dan melihat wajahnya karena aku begitu menyayanginya. Tapi ada perasaan takut yang aku rasakan, tiba-tiba aku malam itu menjadi malam terakhir aku bahagia melihatnya oleh karena itu aku menahannya agar jangan cepat pulang. Keesokannya lagi aku meminta Bayu datang ke rumah hanya saja ia tak bisa datang dengan alasan lelah dan hari sabtu ia menawarkan untuk ke rumahnya.
“Jadi nggak ke rumahmu?” tanyaku melalu pesan singkat.
“Aku lagi di rumah teman ngerjakan tugas” sahutnya.
Aku terus menunggu sampai ia menjemputku tapi Bayu tak kunjung datang, “Tempat aku hujan deras” kata Bayu.
Karena kecewa aku berusaha menghibur diriku agar tidak menangis. Aku memutuskan untuk menginap di rumah temanku setelah sampai di sana aku menelpon Bayu.
“Kamu di mana?” tanyaku.
“Di rumah teman” jawabnya.
“Kamu nggak ibadah?” lanjutku.
“Nggak ini lagi di rumah teman” jawab Bayu.
Aku melanjutkan, “aku minta kamu datang ke rumah aku kamu nggak mau, tapi kamunya bisa pergi ke rumah temanmu.”
“Kamu kenapa sih marah-marah terus, nanti lagi nelponnya ya nggak enak sama kawan-kawan aku” kata Bayu.
Aku begitu kesal, hanya saja berusaha menenangkan diri. Hp-ku berdering ada satu pesan dari Bayu.
“Yank, maaf mulai sekarang kita putus”
Aku kaget, “kamu kenapa, jadi seperti ini sifat aslimu, nggak nyangka!”
Bayu langsung menelpon.
“aku minta maaf, aku ingin sendiri. Aku lagi nggak mau pacaran” tegasnya.
“Egois sekali kamu, kamu itu kayak anak kecil sekali seenaknya ngomong.”
“Aku ke rumahmu sekarang” lanjut Bayu.
“Aku nggak ada di rumah” jawabku, telpon pun mati.
Saat itu emosiku meluap, rasa sayang yang aku rasakan spontan berubah jadi benci karena tingkahnya. Pikiranku begitu kacau setelah menyadari bahwa hubungan kami benar-benar berakhir. Keesokan harinya aku menangis karena kesal dan tidak terima dengan semuanya. Aku berusaha menghubunginya.
“Ada apa?” tanya Bayu.
“Aku nggak sanggup terima semuanya aku sayang sama kamu” tersedu-sedu aku mengungkapkan perasaanku.
“Kamu menangis ya, jangan sedih aku minta maaf. Aku ingin fokus dengan kuliahku dan kamu juga harus begitu, nanti kalau jodoh pasti Tuhan satukan kok” jelas Bayu.
“Tapi aku nggak sanggup sekarang, setiap malam aku berdoa supaya Tuhan menjaga hubungan kita tapi ternyata kehendak Tuhan berbeda dengan kehendakku” ungkapku.
“Kamu pasti bisa, nanti setelah kamu selesai kuliah kamu pasti akan menemukan orang yang akan buat kamu bahagia” lagi kata Bayu.
“Iya, aku akan berusaha bersabar. Terima kasih ya.” Jawabku.
Setelah beberapa hari berlalu aku berdoa dan terus berdoa supaya aku bisa melupakannya dan akhirnya aku mulai bisa melupakannya. Sekarang aku mengerti bahwa semua masalah ini adalah rencana Tuhan yang terindah karena melalui masalah ini sekarang aku bisa lebih tegar, jika aku pernah menangis dua hari dua malam hanya karena ia tidak mengabariku maka sekarang aku hanya menangis satu kali saja dalam beberapa menit setelah Bayu benar-benar pergi meninggalkanku. Sekarang aku bisa tertawa lepas dan menjalani hidupku lebih baik lagi, tanpa harus mengingatnya.
“Masalah akan mendewasakanmu jika kamu bisa mengambil makna positif dari masalah tersebut.”
Cerpen Karangan: Rosiana
Facebook: rosianaw57[-at-]yahoo.co.id
Ini merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Cinta Cerpen Pengalaman Pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar