Blogger Widgets

Kamis, 08 Oktober 2015

Cerpen

Maafkan Aku Cinta

 

Cerpen Karangan:
Lolos moderasi pada: 8 October 2015

Riyan, laki-laki itu kini duduk terdiam menatapku. Wajahnya tampak pucat seperti kurang tidur, atau mungkin dia kelelahan. Sudah satu bulan lebih dia tidak menemuiku, terakhir yang ku dengar dia tengah bertunangan dengan sahabatku. Dan setelah berita itu aku tidak berani lagi untuk menghubunginya. Bukan karena takut, bukan karena marah, tapi karena aku tidak akan pernah sanggup menghadapi kenyataan bahwa orang yang selama ini menjadi tumpuan hatiku ternyata bertunangan dengan sahabatku sendiri.
Begitu pula Riyan, entah apa alasannya, yang pasti setelah berita pertunangannya dengan Nadia tersebar Riyan sama sekali tidak menghubungiku. Kami sama-sama menghindar, bukan karena aku tidak rindu juga bukan karena aku benci tapi karena aku belum bisa menerima jika ternyata cowok yang selama ini menjadi sandaranku ternyata telah bersama sahabatku. Dan hari ini, entah apa yang akan ia sampaikan di pasir putih di tepi laut di tengah semilir angin yang meniupi pipi dan helaian rambutku, dia memintaku untuk pertama kali bertemu setelah menghabiskan waktu lebih dari satu bulan menghilang dariku. Dan kali ini dia hanya datang untuk menatapku.
“Riyan, sudah 30 menit kita di sini dan kamu hanya menatapku seperti ini, apa kita bertemu hanya untuk ini?” ucapku mulai mencairkan suasana.
“Aku ingin bicara,” kali ini suara Riyan terkesan berat untuk diucap.
“Bicara saja,” ucapku kaku.
“Aku akan menikah Mey!” ucapnya sembari menunduk. Ada getaran yang hebat dalam desahan suaranya. Kata-kata itu benar-benar membuatku terdiam. Seribu kata yang sebenarnya telah aku siapkan untuknya kini tak tersisa, tenggorokanku rasanya kering tanpa cairan.
“Wahh… baguslah,” ucapku sembari menahan air mata.
“Maafkan aku Mey,” kali ini perkataan Riyan semakin membuatku terpukul. Dan aku hanya terdiam mencoba menguasai diri.
“Maafkan aku Mey, ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Ayah Nadia sakit keras dan aku diminta untuk menjaga Nadia sebagai ganti balas budi karena Ayahnya Nadia telah mendonorkan ginjalnya untuk Ayahku, dan aku diminta untuk menikahi Nadia, aku gak punya pilihan lain Mey, seluruh keluargaku juga mendukung seperti itu. Aku bingung. Aku bingung Mey. Aku gak punya pilihan lain!!!”
Riyan terlihat sangat cemas dan bingung.
“Yan, kamu gak perlu pikirin aku, aku gak apa-apa kok!”
“Mey aku pasti udah jahat banget ke kamu,”
“aku gak apa-apa Riyan,” aku mencoba menenangkan Riyan.
“melakukan ini sama saja nyakitin diri aku sendiri Mey, aku tahu kamu pasti sakit banget denger ini,”
“Aku gak apa-apa, mungkin kamu memang jodohnya Nadia, mungkin pertemuan kita memang dibuat hanya untuk menciptakan kenangan saja, Nadia cantik dan baik dia cocok kok buat kamu,” ucapku mencoba menguatkan Riyan yang kali ini terlihat begitu stres.
“Aku tahu kamu sakit Mey, seandainya saja bunuh diri diperbolehkan oleh agama, mungkin aku akan memilih jalan itu,”
“Kamu gak boleh berpikir kayak gitu… aku ikhlas kok, ini garis Tuhan yang harus kita jalani, aku mungkin akan sangat sedih dan perih. Akan sakit banget rasanya, tapi apapun itu aku pasti akan bisa melewatinya dan aku akn baik-baik saja,”
“dengarkan aku Mey… jangan pernah kamu berpikir bahwa apa yang telah kita lewati selama ini hanyalah suatu kenangan, karena aku tak akan pernah bisa melupakan ini semua bahkan sampai kehidupanku setelah mati, aku tetap tidak akan bisa melupakanmu, aku akan tetap mencintaimu lebih lama dari selamanya Mey,”
Riyan memelukku dan ini adalah pelukan terakhir sehari sebelum esok ia menikah, ini tangisanku yang terahir di dadanya. Setelah itu kisah Riyan benar-benar hanya menjadi sejarah.
Cerpen Karangan: Novi
Facebook: Beby Ayas
Ini merupakan cerita pendek karangan , kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya di: untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatan penulis, jangan lupa juga untuk menandai Penulis cerpen Favoritmu di Cerpenmu.com!
Cerpen ini masuk dalam kategori: Cerpen Patah Hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar