Rencana Tuhan Itu Indah
Share
Aku Ochy mempunyai teman bernama Bayu, kami berteman baik. Berawal
dari hari Natal 2012 pertama kali kami bertemu ketika ia dan temannya
berkunjung di rumahku, kami berbincang-bincang cukup lama. Hari
berikutnya aku juga berkunjung di rumahnya hujan begitu deras dan
pakaian yang ku kenakan basah kuyup untungnya Mamanya Bayu baik hingga
aku dipinjamkan sehelai handuk. Di situlah kami mulai terasa akrab
hingga malam-malam berikutnya ia sering membawaku jalan-jalan di luar
maupun berkunjung di rumah teman-temannya.
Setelah beberapa minggu kenal ia dengan beraninya mengungkapkan
perasaanya kepadaku walaupun aku merasa nyaman berada di sampingnya
tetap saja aku berusaha menghindar darinya karena aku tidak mau merubah
pertemanan menjadi sebuah hubungan lebih yang sewaktu-waktu dapat
dipisahkan. Lama setelah itu kami kehilangan komunikasi, mungkin karena
kesibukan masing-masing atau lainnya. Saat ini aku melanjutkan
pendidikan di sebuah perguruan tinggi di Pontianak dan saat ini sedang
libur Natal aku kembali ke Ngabang kota asalku, tanpa sengaja aku
melihat Bayu melintas di depan rumahku dan entah kenapa ia tiba-tiba
singgah di depan rumahku. Saat itu banyak hal yang ingin ku ketahui
tentang dia.
“kamu ke mana saja?” tanyaku.
“aku di Pontianak baru datang kemarin” sahutnya.
“iyakah, aku juga kuliah di sana. Kamu kuliah di mana?” lanjutku dengan tertawa ia menjawab.
“Aku nggak kuliah, aku kerja di bengkel”
“aku nggak percaya, kalau kerja kenapa sekarang ada di sini?” tanyaku tidak yakin.
“Aku cuti. hahaaa..” jawabnya.
Aku begitu tidak yakin dengan jawabannya, dan dengan berulang kali aku menanyakan di mana ia kuliah.
“iya, aku juga kuliah di Pontianak” ia menjawab sambil tersenyum, “Ibadah di mana?” lanjutnya.
“Di Gereja GBI, hanya saja jarang datang” jawabku.
“wah aku juga di situ, kok nggak pernah ketemu ya? ya sudah nanti kalau
di Pontianak aku nggak mau tahu kamu harus rajin ibadah, aku yang
jemput!” katanya dengan nada memaksa tapi sambil tersenyum.
Spontan aku menjawab, “kamu hubungi aku ya kalau udah di sana!”
“nomor hp kamu saja aku tidak punya” jawabnya.
“sini nomor hp-mu aku catat” pintaku, dan ia pun memberikannya, setelah lama berbincang-bincang ia pun pamit pulang.
Malam harinya tepat malam valentine hujan turun dengan derasnya
padahal malam itu malam yang ditunggu-tunggu oleh semua orang khususnya
buat yang punya pasangan. Dan aku, karena tidak punya pasangan merasa
senang karena hujan turun di saat yang tepat. Aku mengirimi pesan
singkat kepada Bayu.
“Bagus deh hujan biar orang-orang nggak bisa keluar”
“betul tuh, aku setuju” balasnya yang ternyata juga tidak punya pasangan.
Tidak lama kemudian hujan reda, ia mengirimi pesan singkat kepadaku.
“kamu nggak ke luar, hujan udah reda nih?”
“nggak ada kawan, semua sibuk sama pasangannya” jawabku.
“kalau gitu kamu ke luar bareng aku aja.” ia menawarkan dirinya dan aku pun menyetujuinya.
Malam itu aku begitu merasa nyaman berada di sampingnya, hingga sempat timbul di pikiranku.
“kenapa aku dulu menolaknya?”
Saat itu ia mengajakku berkeliling di daerah Ngabang. Tak lama
kemudian temanku menghubungiku dan mereka mengajakku untuk ngumpul
bareng, dengan berat hati aku harus berbohong sama Bayu.
“Bayu kita pulang yuk, udah malam.” pintaku.
“yakin mau pulang?” tanyanya lemah, “kita ke rumah aku saja,” lanjutnya.
“antar aku pulang aja ya, malam besok aku janji pergi ke rumah kamu deh aku juga mau ketemu adik-adikmu,” pintaku.
“iya deh” jawabnya dengan nada sedih.
Bayu pun mengantarkanku pulang, dan ketika ia pulang temanku pun
datang menjemputku dan kami pergi untuk ngumpul-ngumpul dengan yang
lainnya. Tidak lama kemudian Bayu memgirimi pesan singkat kepadaku.
“kamu lagi ngapain?”
“aku lagi nonton” jawabku.
“oh, semoga saja benar. Tuhan nggak bisa dibohongi” balasnya.
Dengan rasa tidak enak aku jujur sama dia.
“Bayu maaf ya, sebenarnya aku ke luar lagi, tapi aku janji besok aku ke rumah kamu.”
“iya, nggak apa. Jangan diulangi lagi dan ingat jangan pulang larut malam.” balasnya.
Keesokan harinya aku benar-benar menghabiskan waktuku bersamanya,
perasaanku begitu tenang saat berada di sisinya, di sana aku bermain
dengan adik-adiknya, mereka menyambutku dengan baik. Setelah pulang dari
rumahnya, aku menerima pesan singkat darinya lagi.
“Aku jadi ingat dulu kamu pernah nolak aku,” katanya.
“kenapa tiba-tiba ngomongin itu?” tanyaku.
“aku hanya trauma” katanya.
Aku pun mulai merasakan kalau sebenarnya ada sesuatu yang dipendamnya.
“apa kamu masih memiliki perasaan itu?” tanyaku.
“Iya dari dulu aku sayang kamu walaupun perasaan itu sempat hilang
karena kita lama nggak bekomunikasi tapi sekarang rasa itu tumbuh lagi.
Tapi sudahlah jangan dibahas” jawabnya.
“sebenarnya aku juga punya perasaan yang sama.” aku berusaha mengakui perasaanku.
“benarkah?” tanyanya, “kamu mau nggak temani aku melewati hari-hariku dan mendengarkan semua keluh kesahku?” pinta Bayu.
Dengan tersenyum aku membalas pesan singkatnya, “ya, aku mau.”
“jadi mulai malam ini kita jadian? aku janji akan menjaga semuanya termasuk perasaan ini.” jelasnya meyakinkanku.
“ya, kamu adalah kado spesial di malam valentine ini” kataku dengan bahagia.
Setelah itu, hari Minggu pun tiba, itu hari pertamaku ibadah bersama
Bayu. Bahagia rasanya berada di gereja bersama pacar. Sepulang ibadah
kami menghabiskan waktu berdua. Hari berikutnya aku balik ke Pontianak.
Kami berpisah beberapa hari karena Bayu tidak pulang bersamaku. Kami
masih tetap berkomunikasi via telpon dan sms. Tidak terasa hari
berikutnya Bayu menyusul ke Pontianak karena libur Natal telah berakhir.
Hari minggu kami juga masih ibadah bersama-sama, sepulang ibadah aku
mengikutinya Bayu ke rumahnya, tanpa sengaja aku mengecek foto-foto di
laptopnya dan sangat menyakiti hati ketika aku melihat sebuah foto.
“Apa-apaan ini, kenapa fotoku disamain dengan foto mantanmu?” tanyaku sedih.
“Nggak, itu udah lama banget lupa aku hapus. Maaf ya?” rayunya.
Namun aku tak dapat bicara banyak, “aku ingin pulang, tolong antarin aku pulang.”
Bayu berusaha mencegah hanya saja aku memaksa untuk tetap pulang.
Sesampai di rumah aku tidak ingin bicara apapun sampai Bayu pulang. Ia
mengirimi pesan singkat kepadaku.
“Sayang maaf ya, aku sayang sama kamu.”
“Nggak apa-apa, mungkin aku yang salah datang di saat yang tidak
tepat..” balasku. Ketika itu juga Bayu menelponku dan aku langsung
mematikannya karena kecewa yang aku rasakan.
“Angkat, aku mau ngomong” ia mengirimi pesan singkat.
Bayu kembali menelpon, “Kamu kenapa ngomong gitu, aku minta maaf. Nanti tunggu aku, aku mau ke rumah kamu.”
“Iya.” jawabku.
Tak lama kemudian Bayu datang dan menjelaskan semuanya, aku tertarik
dengan keseriusannya. Bayu rela balik lagi hanya untuk minta maaf, dan
saat itu aku yakin dia menyayangiku. Hari berikutnya aku masih saja
sering dibuat kesal sampai-sampai kata-kata putus sering ku lontarkan
hanya saja Bayu tetap menanggapi semua dengan dewasa, nasihat-nasihatnya
meluluhkan amarahku. Satu bulan telah berlalu, aku semakin sayang sama
Bayu walaupun aku sering menangis karena ia terkadang cuek denganku.
Bayu selalu bilang, “percaya sama aku, jangan suka berpikir macam-macam.”
Namun foto yang pernah aku lihat itu terus menggangu pikiranku hingga
aku memberanikan diri untuk menanyakan tentang foto tersebut. Bayu pun
bercerita bahwa gadis itu adalah mantan yang disayanginya. Keesokan
harinya aku sedih dan menangis karena Bayu begitu menyayangi gadis itu.
“pantesan saja selama ini dia cuekin aku” kataku bergumam dalam hati.
Pagi-pagi aku melampiaskan isi hatiku melalui status facebookku.
“Bagaimana mungkin aku mampu bertahan jika hati dan pikiranmu masih
bersamanya.” Dan hari itu juga tiba-tiba Bayu tidak ada kabar sama
sekali, nomornya tidak aktif, akun Facebooknya pun jarang dibuka. Selama
dua hari Bayu menghilang benar-benar menghilang tanpa alasan. Setiap
hari aku hanya bisa menangis dan menangis karena takut Bayu benar-benar
pergi. Tak tahan menahan rasa sakit itu aku tidak mau melakukan apa-apa
bahkan aku tidak mau berbicara apapun dengan orang sekelilingku, makan
pun tidak, hanya bisa menangis. Setelah lewat dua hari tiba-tiba hp aku
berdering ternyata Bayu menelponku.
“Sayang aku minta maaf, dua hari aku tidak mengabarimu?”
“Kamu kenapa? kamu nggak tahu dua hari aku khawatirin kamu sementara kamu sengaja nggak aktifkan hp!” aku menangis.
“Aku minta maaf, kemarin aku belajar menjauhimu hanya saja aku nggak bisa, aku sayang kamu, jangan nangis lagi.” kata Bayu.
Setelah kejadian itu aku semakin menyayangi Bayu, aku takut dia pergi
lagi tapi Bayu justru semakin berubah. Status hubungan di Facebook Bayu
sembunyikan, kiriman-kiriman aku di dinding Facebooknya juga
disembunyikan.
“Kenapa status hubungan kita disembunyikan?” aku mengirimi pesan singkat.
“Kenapa status hubungan kita disembunyikan?” aku mengirim di inbox fb tapi semuanya tidak dibalas.
Malam berikutnya aku mengajak Bayu ke luar di alun-alun kota
pertanyaan yang sama terus aku lontarkan tetap saja aku tidak
mendapatkan jawabannya hingga aku putuskan untuk melupakan semuanya.
Malam itu aku tidak mau melewatkan semuanya hanya untuk bertengkar, di
sana kami bersenang-senang rasanya aku baru jatuh cinta lagi padanya
lagi. Malam selanjutnya Bayu mengirimi pesan singkat.
“Sayang aku mau ke rumahmu, kangen kamu” katanya.
“Iya, pergi saja” jawabku. Tak lama kemudian Bayu datang.
“tiba-tiba aku kangen kamu” ucap Bayu. Aku begitu bahagia
mendengarkannya kata-katanya dan melihat wajahnya karena aku begitu
menyayanginya. Tapi ada perasaan takut yang aku rasakan, tiba-tiba aku
malam itu menjadi malam terakhir aku bahagia melihatnya oleh karena itu
aku menahannya agar jangan cepat pulang. Keesokannya lagi aku meminta
Bayu datang ke rumah hanya saja ia tak bisa datang dengan alasan lelah
dan hari sabtu ia menawarkan untuk ke rumahnya.
“Jadi nggak ke rumahmu?” tanyaku melalu pesan singkat.
“Aku lagi di rumah teman ngerjakan tugas” sahutnya.
Aku terus menunggu sampai ia menjemputku tapi Bayu tak kunjung datang, “Tempat aku hujan deras” kata Bayu.
Karena kecewa aku berusaha menghibur diriku agar tidak menangis. Aku
memutuskan untuk menginap di rumah temanku setelah sampai di sana aku
menelpon Bayu.
“Kamu di mana?” tanyaku.
“Di rumah teman” jawabnya.
“Kamu nggak ibadah?” lanjutku.
“Nggak ini lagi di rumah teman” jawab Bayu.
Aku melanjutkan, “aku minta kamu datang ke rumah aku kamu nggak mau, tapi kamunya bisa pergi ke rumah temanmu.”
“Kamu kenapa sih marah-marah terus, nanti lagi nelponnya ya nggak enak sama kawan-kawan aku” kata Bayu.
Aku begitu kesal, hanya saja berusaha menenangkan diri. Hp-ku berdering ada satu pesan dari Bayu.
“Yank, maaf mulai sekarang kita putus”
Aku kaget, “kamu kenapa, jadi seperti ini sifat aslimu, nggak nyangka!”
Bayu langsung menelpon.
“aku minta maaf, aku ingin sendiri. Aku lagi nggak mau pacaran” tegasnya.
“Egois sekali kamu, kamu itu kayak anak kecil sekali seenaknya ngomong.”
“Aku ke rumahmu sekarang” lanjut Bayu.
“Aku nggak ada di rumah” jawabku, telpon pun mati.
Saat itu emosiku meluap, rasa sayang yang aku rasakan spontan berubah
jadi benci karena tingkahnya. Pikiranku begitu kacau setelah menyadari
bahwa hubungan kami benar-benar berakhir. Keesokan harinya aku menangis
karena kesal dan tidak terima dengan semuanya. Aku berusaha
menghubunginya.
“Ada apa?” tanya Bayu.
“Aku nggak sanggup terima semuanya aku sayang sama kamu” tersedu-sedu aku mengungkapkan perasaanku.
“Kamu menangis ya, jangan sedih aku minta maaf. Aku ingin fokus dengan
kuliahku dan kamu juga harus begitu, nanti kalau jodoh pasti Tuhan
satukan kok” jelas Bayu.
“Tapi aku nggak sanggup sekarang, setiap malam aku berdoa supaya Tuhan
menjaga hubungan kita tapi ternyata kehendak Tuhan berbeda dengan
kehendakku” ungkapku.
“Kamu pasti bisa, nanti setelah kamu selesai kuliah kamu pasti akan menemukan orang yang akan buat kamu bahagia” lagi kata Bayu.
“Iya, aku akan berusaha bersabar. Terima kasih ya.” Jawabku.
Setelah beberapa hari berlalu aku berdoa dan terus berdoa supaya aku
bisa melupakannya dan akhirnya aku mulai bisa melupakannya. Sekarang aku
mengerti bahwa semua masalah ini adalah rencana Tuhan yang terindah
karena melalui masalah ini sekarang aku bisa lebih tegar, jika aku
pernah menangis dua hari dua malam hanya karena ia tidak mengabariku
maka sekarang aku hanya menangis satu kali saja dalam beberapa menit
setelah Bayu benar-benar pergi meninggalkanku. Sekarang aku bisa tertawa
lepas dan menjalani hidupku lebih baik lagi, tanpa harus mengingatnya.
“Masalah akan mendewasakanmu jika kamu bisa mengambil makna positif dari masalah tersebut.”
Cerpen Karangan: Rosiana
Facebook: rosianaw57[-at-]yahoo.co.id